⚖️ Kevin Morais dan “Sidang Review” yang Bikin Pusing Tujuh Keliling!
Halo para pecinta drama hukum di mana pun Anda berada! Siapkan kopi Anda, karena kita akan membahas kasus yang bikin jaksa, hakim, dan bahkan netizen galau: upaya peninjauan kembali (judicial review) dalam kasus pembunuhan tragis almarhum Deputi Pendakwa Raya, Datuk Anthony Kevin Morais.
Ini bukan sembarang kasus. Ini adalah cerita yang melibatkan mantan ahli patologi militer, drum berisi semen, dan serangkaian banding yang panjangnya melebihi antrean di hari gajian.
🎬 Latar Belakang: Mayat dalam Drum dan Patologi Plot Twist
Mari kita ingat sejenak: Kevin Morais, seorang Deputi Pendakwa Raya yang bersemangat, hilang secara misterius pada tahun 2015. Setelah pencarian yang bikin seluruh Malaysia menahan napas, tubuhnya ditemukan di dalam drum oli yang diisi semen dan dibuang di Subang Jaya. Well, kalau ini sinetron, adegan ini pasti dapat rating tinggi karena tingkat kekejamannya.
Tokoh utama yang disorot? Kolonel (Purnawirawan) Dr. R. Kunaseegaran, seorang ahli patologi militer. Motivasinya? Konon, dendam. Morais adalah petugas penuntut dalam kasus korupsi terhadap Kunaseegaran. Ini sungguh plot twist yang anti-mainstream: seorang ahli patologi (yang seharusnya membantu mengungkap kematian) justru menjadi terpidana dalam kasus pembunuhan yang melibatkan semen dan drum.
🔄 Episode Terbaru: Permintaan Peninjauan Kembali (Judicial Review)
Setelah proses persidangan yang berlarut-larut—persis seperti cicilan KPR selama 20 tahun—dimana Pengadilan Tinggi memutuskan bersalah, diikuti dengan banding di Mahkamah Rayuan (Court of Appeal) yang hasilnya tetap sama, kasus ini akhirnya mencapai puncaknya di Mahkamah Persekutuan (Federal Court). Dan ya, keputusan bersalah terhadap Kunaseegaran dan beberapa terpidana lainnya pun dikukuhkan. Kunaseegaran bahkan tetap dihukum mati, meskipun hukuman beberapa terpidana lain diringankan.
Tapi, drama belum selesai! Di sinilah judicial review alias peninjauan kembali masuk.
Kunaseegaran, melalui pengacaranya yang gigih, mengajukan permohonan peninjauan kembali (judicial review) terhadap putusan Mahkamah Persekutuan. Dalam bahasa awam, ini seperti menekan tombol ‘Putar Ulang’ di remote pengadilan, sambil berharap ada detail kecil yang terlewat dan bisa membebaskannya.
🤔 Kenapa Minta Review? Klaim Ketidakadilan
Mengapa permintaan judicial review ini diajukan? Tentu saja, alasan klasiknya: klaim ketidakadilan yang parah (grave injustice) dan bahwa ia berhak mendapatkan persidangan yang lebih adil.
Grave injustice di sini bukan soal kentang gorengnya kurang asin di kantin pengadilan, tapi klaim bahwa ada kesalahan fatal dalam proses peradilan yang merugikannya.
Ini adalah momen di mana sistem hukum diuji. Judicial review di Mahkamah Persekutuan itu seperti Super Final Round yang sangat langka. Pengadilan harus memutuskan: Apakah benar ada kesalahan yang begitu mendasar dalam putusan sebelumnya sehingga perlu didengarkan ulang?
💡 Humor di Tengah Kepusingan Hukum
Melihat kasus ini dari sudut pandang humor, kita bisa membayangkan:
-
Pengacara: “Yang Mulia, klien saya minta review lagi. Mungkin saat putusan dibacakan, ada bunyi klakson mobil yang terlalu keras di luar sehingga hakim salah dengar?”
-
Hakim: “Anda bercanda? Ini sudah sidang ke-sekian. Saya sudah hafal setiap detail adegan drum semen itu!”
-
Terdakwa (Kunaseegaran): Mungkin dalam hati “Kalau berhasil review, saya bisa kembali ke profesi lama saya. Kan rugi ilmu patologi saya kalau cuma di penjara…”
Upaya Kevin Morais murder seeks judicial review ini menunjukkan betapa liatnya sebuah kasus hukum, terutama yang berujung hukuman https://www.kabarmalaysia.com/ mati. Para pengacara akan mencoba setiap celah, sekecil lubang jarum pun, demi klien mereka. Dan pengadilan? Mereka harus bersiap untuk sidang yang sama, dengan bukti yang sama, tapi dengan harapan hasil yang berbeda.
Intinya, dalam kasus pembunuhan Deputi Pendakwa Raya ini, drama hukum tidak akan pernah kehabisan episode. Kita hanya bisa menunggu apakah tombol Putar Ulang ini akan dikabulkan atau tidak.
Apakah Anda tertarik untuk membaca ringkasan humoristik kasus hukum lain yang terkenal?

